Lulus, nyet!

Ya, judul diatas memiliki arti bahwa gue sudah lulus kuliah, sedangkan Anda yang membaca judul tersebut adalah “nyet”. Kalau ada orang yang memantau blog ini dari permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad (lah, kenapa jadi kayak bacaan di gereja), tentu ia akan tau bahwa tulisan-tulisan awal di blog ini ditulis saat gue baru lulus SMA. Kira-kira sekarang sudah 4 tahun dari saat itu. Seperti yang sudah dituliskan di post sebelumnya, kehidupan perkuliahan gue di ITB sangat jauh dari bersenang-senang (paling senang-senangnya cuma nyari tante-tante yang mau have fun bareng). Yaah, kalau cuma ingin sekedar ‘lulus’ kuliah dengan nilai B sih gampang banget, yang susah adalah kalau targetnya menjadi yang terbaik (bukan cuma A, tapi yang terbaik [semua ini dipersulit dengan anak-anak kampung yang senantiasa teriak-teriak sambil main burung masing-masing {burung beneran, bukan ‘burung’} depan kos gue. Gue sampe mikir jangan-jangan meneriaki burung adalah teknik rahasia supaya burung mereka cepat tumbuh]). Sama seperti di hutan, di kampus pun terjadi seleksi peran sesuai dengan bakat masing-masing, karena itu…. Eh, kenapa gue jadi mulai ceramah tentang tips-tips sukses di kampus? Ada ratusan blog lain yang dengan membosankannya membahas bullsyit-an macem begitu, biasanya dari orang yang dulunya nilainya jelek waktu kuliah tapi sekarang bisa jadi orang sukses. Tenang, beberapa tahun lagi gue akan cerita tentang orang yang nilainya bagus di kampus DAN juga sudah menjadi orang sukses! Err, mungkin nanti isinya tentang salah seorang temen gue…

Bagi Anda yang pernah lulus kuliah, pasti tau bahwa ada predikat-predikat yang diberikan pada wisudawan. Gue sendiri mendapat predikat cum shot, artinya diperbolehkan untuk cum shot saat prosesi wisuda (kalo cewek yang baca post ini, ia pasti akan pura-pura innocent dengan berkata “hah, ini apa sih maksudnya?”). Ya, ya, itu adalah pelesetan dari cum laude, sebuah predikat yang sepertinya sekarang sudah dianggap biasa saja bagi sebagian besar mahasiswa. (anyway, gue dapet penghargaan sebagai mahasiswa dengan IPK tertinggi di fakultas gue)

Sebenarnya kedua paragraf diatas gue tulis bulan lalu sewaktu lagi hangat-hangatnya kelulusan, tapi belum sempat dilanjutkan karena sibuk. Tapi yaudah, sekarang gue lanjutin.

Gue ga sempat bergembira ria setelah wisudaan karena gue langsung ngantor, bahkan sebenarnya gue sudah ngantor dari 3 hari sebelum wisuda, dan bahkan sudah diterima di perusahaan tersebut dari tahun lalu. Sekarang gue di Jepang.

Contoh aktivitas yang gue lakukan di jepang:

Kayang di Kobe Harbour

Kayang di Kobe Harbour

Kayang di Suma beach

Kayang di Suma beach

Hari-hari terakhir gue di Indonesia dihabiskan dengan hal-hal mesum; eh, maksud gue hal-hal ‘menyenangkan’; eh, maksud gue hal-hal menyenangkan bersama geng gue (Yan Armand Tosin, Andre Yapto, Emily May Gunawan, Stacey Hutapea, Maritzka Tedja) yang kebetulan sedang pada balik ke Indonesia. Pembicaraan bersama geng ini biasanya memiliki tema filosofis semacam “Mana yang lebih baik: buang air besar sambil jongkok, duduk, atau tidak buang air besar sama sekali seperti Kim Jong Il?”, tapi juga bisa hal-hal yang lebih ringan semacam: “Apa alasan cewek suka dugem?” yang akhirnya disimpulkan bahwa alkohol dapat menjadi excuse bagi mereka untuk melakukan hal-hal nakal (contoh kenakalan: buang sampah sembarangan, tidak patuh pada orang tua, dan bullsyit-an dari pelajaran PPKn lainnya)

Yah, sampai saat ini kehidupan pekerjaan gue damai dan sejahtera dan apartemen gue cukup dekat ke pantai sehingga bisa ke sana tiap minggu:


Tren Notes Facebook Masa Lampau

Gue baru liat-liat notes lama gue di Facebook  (lagi). Gue menemukan sebuah tulisan yang berisi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang diri gue. Masalahnya adalah ternyata jawaban gue agak tolol, ada baiknya kalau gue post di blog ini supaya kalian tidak mengalami ketololan serupa.

•Orang-orang berkata kalo gw…
memiliki jari yang terlatih untuk berbagai hal. (contoh: fingering di gitar, juga fingering di hal lain, misalnya dalam memainkan rubik’s cube, tapi tetap saja ada fingering lain yang sulit saya jelaskan disini)

•Kalo dapet 1 milyar gw pasti…
punya uang lebih dari 1 milyar.

•Indonesia adalah negara yang…
padat, besar, dan sudah ranum, masih belum banyak dijamah.

•Mantan gw…
mantan pembantu gw sih masih jelek sampai sekarang.

•Klo berada di depan kuburan M.J…
Mick Jagger? vokalisnya the rollingstones dong? emangnya dia ud mati?

•Hidup ini penuh dengan…
analisis dan logika yang seringkali tidak sejalan dengan emosi. untung gw ga punya banyak emosi.

•Tak ada tempat yang indah selain…
di McD
[btw kos gw deket ke McD lho]

•Ke mana pun gw pergi, pasti bawa…
kompetensi dan kreatifitas, tidak lupa duit untuk jajan2.

•Kalo divonis kanker…
kavin: “Ah shit, padahal gw masih virgin! kapan gw mati? mau buat jadwal..”

•Pagi-pagi enaknya makan…
keju disertai kopi. jangan lupa sarapan supaya sehat dan bergairah.

•Pekerjaan yang paling membosankan didunia adalah…
masang senar gitar. gw orangnya sangat sabar tapi hal ini benar2 sangat-ngebosenin-banget-dong-cuy-ah.

•Hal yang paling mengerikan di dunia adalah…
buntut kuda yang menampar loe sewaktu loe di jalan disebelah kuda yang kebetulan lewat.

•Bencana alam itu…
Alam adalah seorang penyanyi dangdut (atau rockdut?) yang mempopulerkan lagu “mbah dukun”.
Bencana alam adalah bencana yang disebabkan olehnya. orang2 pada jijik melihat gaya sok kerennya.

•Waktu SMA gw dikenal sebagai…
anak yang baik, sopan, patuh kepada guru dan orang tua, rajin menabung, serta rajin beribadah

•Saat yang paling tenang, saat…
di balik lemari gw.

•Paling males kalo ngelihat…
kuda nil. gw ga suka ngeliat bentuknya begitu.

•Kalo orang ciuman didepan gw…
anjrit. ini pernah terjadi pada gw! waktu itu sih gw senyum2 aja karena gw kenal orangnya. laen kali gw bilang “boleh nyicip?”

•Gw pengen banget…
diberi badan yang lebih sehat, supaya gw bisa berusaha lebih keras dari sekarang. tapi tetep lebih enak kalo gw dikasih duit banyak aja biar bisa foya2 dan ‘jajan2’.

•Wanita2 cantik dan seksi di dpan gw sambil ketawa2 keras2, dalem pikiran gw…
pasti mereka tolol.

•Pria dengan jeans robek”, baju hitam gambar tengkorak, ngerokok, nongkrong depan circle-K, dalem pkiran gw…
terlihat seperti sampah masyarakat. tapi bisa saja ia sebenernya adalah seorang dengan tingkat kecerdasan tinggi yang sedang letih mengerjakan tesisnya, sehingga beristirahat sejenak sambil ngerokok di depan circle-K
[tapi kenapa mesti di depan circle-K ?]

•Orang yang sok imut dan sok childish…
gw lebih suka cewek berponi miring serta mengenakan celana pendek.

•Lagi jalan, ada yang lewat pake motor bilang “fuck you”…
“boleh2 aja, fuck me please..”

•Mama papa bilang “kapan nikah?”
“kalo ud kawin”

•Kalo besok kiamat…
gw pernah punya band namanya besokiamat


Sebuah Kisah Sufistik Yang Sophisticated

Gue baru liat-liat notes lama gue di Facebook. Lalu gue menemukan sebuah tulisan yang gue sendiri ga paham apa yang ada di pikiran gue waktu nulis cerita tersebut. Beginilah isinya:

Suatu kali seorang petapa baru turun gunung setelah bertapa selama 10 tahun. Sampailah ia di kampung halamannya. Dikisahkan begini, semua orang yang ia jumpai di kampung tersebut berambut gondrong dan tidak terawat.

Lalu karena penasaran, si pertapa ini menghentikan seorang pemuda yang kebetulan berpapasan dengannya.

Pertapa: “Wahai pemuda. Tubuh adalah istana bagi jiwa, mengapa keindahannya tak kau pelihara?”

Pemuda: “Hah? Maksud lo?”

Pertapa: “Kenapa kamu tak bercukur?”

Si Gondrong: “Oh, gitu dong, ngomong yang jelas, biar gw ngerti! Sejak tukang cukur berhenti praktek, gw dan semua penduduk kampung emang gak pernah cukur lagi tuh”

Pertapa: “Lho, kenapa tukang cukur berhenti praktek?”

Si Gondrong: “Dia mati gara-gara bom!”

Pertapa: “Ooooh…” Dan sang pertapa pun tercerahkan…

Begitulah kisah yang konon sufistik itu. Menurut saya cerita ini sepertinya terkesan memaksakan namun ada makna tersirat dibaliknya. Hmm… kira-kira apa ya?

Saya persilahkan anda (yang terseret takdir hingga terpaksa membaca kisah ini) untuk memahaminya sendiri, sesuai kesadaran, kegilaan, kecerdasan maupun kebodohan masing-masing.


Gue Cuma Mau Pamer Kalo Gue Bisa Bikin Program di Android/Laptop/Mikrokontroller

Ga ada cerita menarik sih, gue cuma pengen pamer seperti biasa.

Tenang, gue tidak akan membahas hal-hal teknis di blog ini, tapi cuma memamerkannya saja.


Gue Ga Mau Kalah

Kali ini gue ingin memperkenalkan teman gue yang bernama Rousyan Fikri, ia adalah kakak kelas gue di Elektro ITB. Walaupun begitu, ia dua tahun lebih muda dari gue. Kenapa bisa begitu? Beberapa fisikawan menganggap bahwa Rousyan Fikri terjatuh ke dimensi dimana ruang & waktu sedang terdistorsi sehingga ia terlempar ke masa depan. Di lain pihak, orang-orang ‘pinter’ berpendapat kalau Rousyan Fikri ini memiliki kekuatan untuk tidak bertambah tua selama dua tahun berkat jerih payahnya untuk puasa ngupil selama 7345 hari. Gue sendiri sebagai kaum aristokrat, lebih sependapat dengan kemungkinan bahwa Rousyan Fikri mengikuti kelas akselerasi semasa sekolah.

Akhir-akhir ini, ia seringkali melontarkan plesetan tolol. Ini adalah dua buah tweet-nya yang paling remarkable:

#1

#2

Mungkin sekarang kalian sudah berpikir bahwa judul post ini berhubungan dengan keinginan gue untuk ga mau kalah dari segi plesetan tolol. Bukan, gue bukan orang nista seperti itu.

Beberapa waktu lalu, gue melihat twit dari teman gue yang bernama Pedcawanto (ia hanya tokoh figuran dalam cerita ini, jadi ga gue bahas lebih lanjut). Kurang lebih tweet-nya mengatakan bahwa Luna Maya kembali meniti karir dalam FTV dan mengira bahwa masyarakat Indonesia telah melupakan skandalnya. Gue sok-sokan innocent dengan nge-reply seperti ini:

Kalau kalian baca baik-baik, terlihat bahwa tata bahasa Indonesia gue pada twit itu jelek. Tentu gue, sebagai seorang perfeksionis, buru-buru menghapus twit barusan dan menggantinya dengan ini:

Tepat setelah twit barusan terkirim, gue melihat ada notifikasi di bagian “@connect”. Ternyata itu adalah Rousyan Fikri:

Satu hal yang terbersit dalam pikiran gue setelah melihat twit ini adalah: “Brengsek, gue ketahuan salah nge-tweet”. Tapi berhubung tweet pembenaran gue telah ter-sent sebelum komentar Rousyan Fikri serta twit salah gue udah dihapus, maka gue berpikir bahwa lebih baik pura-pura ga bersalah:

Sampai saat ini gue mengira bahwa kegiatan saling reply twit ini akan segera diakhiri dengan Rousyan Fikri berkomentar semacam “Ah, sialan lo, Vin. Twit lo yang barusan dihapus yak? haha” atau “Gue juga ga pernah mempermasalahkan kata ’emang’ dalam twit lo kok. *sambil menghapus twit sebelumnya*” atau “Akhir-akhir ini bekas gigitan serangga di pantat gue terasa gatal. Gue off dulu deh.”

Ternyata tidak. Ia masih berusaha meyakinkan para follower-nya dengan ngetwit sebagai berikut:

Dia cuma menulis ulang twit gue yang salah. Tentu ini bukan bukti kuat, siapapun bisa mengganti-ganti isinya (biasa disebut twitnah). Gue pun merasa dapat memenangkan perang ini dengan memberikan bukti yang lebih kuat, yaitu hasil screen-capture dari Android gue:

Setelah tweet+gambar gue itu berhasil terkirim, gue langsung ganti baju. Gue mau siap-siap beli kue di Kartika Sari untuk merayakan kemenangan gue. Tapi ternyata di disaat gue pake deodoran, ada notifikasi reply lagi. Ekspektasi gue adalah Rousyan Fikri yang memberikan twit terakhirnya semacam “YOU WIN THIS TIME, BASTARD!” atau “Akhir-akhir ini bekas gigitan serangga di pantat gue terasa gatal. Gue off dulu deh”. setelah gue baca, ternyata isinya adalah:

“FFFFFFFFFFFFUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU” pikir gue. Ternyata orang ini sangat persisten. Kemungkinan besar browsernya belum di-refresh sehingga tweet gue yang lama masih ada, atau bisa jadi ia mengedit gambar itu. Satu-satunya cara untuk mengakhiri peperangan ini adalah dengan win-win solution (atau lose-lose solution ya?). Inilah tweet pamungkas yang mengakhiri peperangan kami:

Tamat, akhirnya gue menyalahkan Twitter, atas kesalahpahaman yang terjadi. Bahkan Pedcawanto yang mengawali twit ini tidak berkomentar apa-apa sampai akhir, mungkin ia lelah dengan kenyataan pahit yang dialaminya.

—-

Jika kalian ingin mengenal Rousyan Fikri lebih jauh, mungkin ada baiknya kalian menonton video ini:


Kelulusan Sebentar Lagi (Dinyanyikan dengan Nada ‘Lebaran Sebentar Lagi’)

Ternyata post pertama gue di blog di-upload pada 27 Mei 2008. Post itu berisi soal matematika karena pada awalnya gue membuat blog ini untuk mengabadikan logic & programming problems (FYI: I’m one of TOKI alumnus and Mr. Baskoro was my high-school principal). Bahkan tadinya blog ini juga mau diisikan post-post semacam  microcontroller & electronic weekend projects.  Tapi dipikir-pikir lagi, gue lebih senang menulis tentang kebodohan gue dan lingkungan sekitar gue.

Kalau kalian membaca blog ini dari halaman pertama, kalian akan mengetahui seluk-beluk kehidupan gue dari gue SMA sampai gue mau lulus kuliah (Gue baru sadar bahwa di ‘About’ page gue sempat masih ada alamat Friendster gue. Jadi malu. Tapi tenang, udah dihapus kok. Anyway, gue jadi kepikiran mau re-upload blog gue yang di Friendster dulu). Sekarang gue lagi masa-masa menunggu kelulusan, tugas akhir (skripsi) udah beres, kuliah pun tinggal satu biji. Gue jadi jarang ke kampus dan gue juga udah mulai jarang berbicara sama orang, karena kesepian akhirnya gue mulai berbicara sama botol deodoran di kamar gue (Becanda, kalopun gue mau ngomong sama barang pasti gue ga akan milih botol deodoran. Botol Mylanta terlihat lebih meyakinkan untuk diajak bicara). Tentu perjalanan gue untuk sampai tingkat akhir ini sangat berat, kalo Tuhan memberi pilihan untuk ngulang kehidupan dari awal, TENTU GUE TOLAK. Kalo kalian sering belajar bareng sama gue, kalian pasti tau kata-kata gue yang paling terkenal:

“Setelah makan, ada kalanya seseorang akan mengantuk, tapi jika ia dapat melewati fasa itu, niscaya ia akan menjadi segar bugar” – Kavin Yudhitia. Diucapkan setelah makan, sebelum 5 menit kemudian ia terlelap.

Gue pun mempergunakan waktu gue untuk banyak hal berguna, salah satu hasil penelitian gue adalah gue menemukan adanya menu ‘Other’ pada message Facebook:

Coba deh diperiksa

Di dalam sana terdapat message dari antah berantah, salah satunya seperti ini:

Oke, message tersebut ga pernah gue balas bukan karena gue sombong. Yang pertama, gue baru sadar adanya message ini 3 tahun setelah dikirim. Yang kedua, nama gue Kavin, bukan nama mainstream seperti Kevin; gue berasumsi ia salah orang.  Yang ketiga berkumpullah dengan orang sholeh. Yang keempat perbanyaklah berpuasa. Yang kelima dzikir malam perpanjanglah. (Lho, kok jadi Tombo Ati)

Selain itu, gue juga baru tau ada menu ‘Archived’, gue menemukan obrolan absurd gue yang bahkan gue ga inget pernah gue tulis. Contohnya seperti ini:

Gue ga paham juga gue mikir apa waktu nulis ini.

Setelah seringnya gue berada di kosan, gue pun mulai menyadari bahwa tak hanya baju gue yang hilang, celana dalam gue pun sering hilang. Tentu gue tidak berdiam diri saja menanggapi celana dalam gue yang hilang, gue pun melakukan aksi protes kepada bibi kosan gue. Nampaknya bibi kosan merasa bersalah; semenjak aksi protes tersebut, ia pun seringkali memasukkan celana dalam orang lain dalam keranjang pakaian gue (dengan harapan gue akan terhibur kemudian mengenakan celana dalam orang lain itu dengan riang gembira). Tapi gue adalah seorang gentleman, gue selalu mengeluarkan celana dalam yang bukan milik gue dari keranjang pakaian gue. Bibi kosan pun adalah seorang lady, ia selalu memasukkan kembali celana dalam yang sudah gue keluarkan barusan ke keranjang pakaian gue.

Lama-lama gue lelah juga dengan masalah per-celana-dalam-an ini. Mungkin terlalu sulit bagi bibi kosan gue untuk memahami sedihnya kehilangan celana dalam (ataupun mendapati adanya celana dalam orang lain dalam keranjang pakaian sendiri). Gue pun menyerah dan kemudian membeli beberapa celana dalam baru. Seperti yang mungkin sudah kalian duga, celana dalam baru gue pun perlahan-lahan raib, sama seperti sebelumnya. Mulai saat itu, gue  berpikiran untuk pinjam celana dalam bibi kos saja.

Penulis yang baik dapat membuat bridge yang mulus antara satu paragraf dengan paragraf berikutnya (apalagi untuk paragraf penutup). Gue pun sekarang lagi  mikir bagaimana bridge yang bagus untuk menyambungkan paragraf sebelumnya dengan paragraf ini.  Akhirnya gue mendapat ide untuk menulis dua kalimat barusan. Inti dari paragraf terakhir ini adalah bahwa baru-baru ini Maritzka Tedja menghubungi gue via DM Twitter, ia minta nomor hape gue karena hape dia hilang. Sebelum lanjut pada punchline, gue ingin memperkenalkan seseorang yang seringkali menjadi bahan ejekan diantara teman-teman sepermainan gue, kita sebut saja Anton. Setelah diusut, ternyata komentar teman-teman gue terhadap hilangnya hape Maritzka adalah serupa walaupun terjadi pada waktu dan tempat yang berbeda:

  • Yan Armand Tosin: “Hape lo Anton kali yang ambil?” (California)
  • Andre Yapto: “Hape lo hilang karena ngeliatin Anton?” (Ohio)
  • Kavin Yudhitia: “Wah mudah-mudahan Anton bisa cepat ditangkap.” (Indonesia)

Gue jadi berpikir bahwa jangan-jangan teori frekuensi-nya Yan Armand Tosin adalah benar. Mungkin gue bisa dapat nobel kalau melakukan penelitian pada bidang ini.

Ternyata gue mendapat protes dari Yan Armand Tosin dan Andre Yapto, begini isinya:

Tapi tetap belum gue ralat, gue lagi sibuk nyari alamat Chris John.


Gue Cuma Mau Pamer Kalo Gue Bisa Main Gitar

Ga ada cerita menarik sih, gue cuma pengen pamer seperti biasa.

Kalau loe menganggap bahwa muka gue nyolot, berarti loe belum rabun. (Keterangan lebih lanjut)

Calon suami idaman adalah gitaris; mereka memiliki jari-jari yang kuat, lentur, dan konsisten terhadap tempo.


Pahlawan Naik Elang di Indosiar Sudah Terlalu Mainstream!

Pada suatu siang, gue makan di sebuah warteg bernama “Warung Tegal Abadi” di deket kos gue. Warteg ini menyimpan banyak kenangan, misalnya first kiss gue (ENGGA LAH, ga keren banget first kiss di warteg! Ditonton ibu warteg yang lagi ngulek cabe gitu!? pfft). Kenangan yang paling gue inget adalah kenangan saat ibu warteg nanyain gue soal IPS anak kelas 4 SD:

  • ibu warteg: “Mas, numpang tanya, penghapusan tindak pidana blablablablanyehnyeh apa ya mas? Soal anak kelas 4 SD.”
  • gue: “Ga tau bu! Saya anak teknik nih!”
  • ibu warteg: “Tapi kan pernah SD juga!”
  • gue: *”iya juga”, dalem hati gue* “Waktu zaman saya dulu belum ada penghapusan tindak pidana blablablablanyehnyeh, Bu! yaudah ini makanan saya berapa jadinya?” *tengsin, berusaha mengalihkan pembicaraan*

Setelah gue ngetwit tentang ini, Yan Armand Tosin mengatakan bahwa sebaiknya soal IPS ditanyain ke Maritzka Tedja, ia adalah anak IPS yang berprestasi.

Anyway, kembali ke suatu siang saat gue makan disana, tivi di warteg itu lagi mempertontonkan acara yang rada absurd, kira-kira begini cuplikan percakapannya:

  • A: “Kedua pengawalku, tangkap si B!”
  • Pengawal 1 & 2: “Siap, Nyonya! Grrr mau kemana sekarang kau, B?”
  • *Pengawal 1 & 2 berlari kearah B*
  • B: “Aaa! Tidak!” *sambil menunduk untuk menghindar*
  • *Pengawal 1 & 2 lari terlalu jauh sampai kecebur ke sungai*
  • A: “B! Lihat apa yg kau perbuat! KAU TELAH MEMBUNUH MEREKA!”
  • B: “Tapi aku tak sengaja membunuh mereka!” *sambil terisak lalu lari ke hutan*

“What the F have I just watched?” pikir gue. Otak gue langsung menyimpulkan beberapa hal:

  1. Ternyata ada juga orang yang terus berlari ke depan walaupun tau mangsanya ada di belakang.
  2. Ternyata tercebur ke sungai dapat membunuh orang seketika.

Apabila kalian penasaran dengan lanjutan ceritanya, ternyata di dalam hutan, B bertemu dengan pertapa hutan dan dikasih barang untuk melawan Buto Ijo. WHAT THE F?? Kenapa Buto Ijo dibawa-bawa juga ke acara ini? Apa salah beliau? Setelah gue diskusi sama Karina Novita, ia mengatakan bahwa acara tivi tersebut mungkin kisah “Timun Mas VS Buto Ijo”, bagi yang belum tau cerita rakyat tersebut (seperti gue waktu itu), akan gue ceritakan poin-poin pentingnya:

  • Ada pasangan suami-istri yang ga bisa punya anak.
  • Pasangan tersebut minta tolong ke Buto Ijo untuk dikaruniai anak.
  • Buto Ijo setuju asal anak tersebut dinikahkan dengannya saat sudah berumur beberapa belas tahun.
  • Pasangan tersebut setuju dengan perjanjian ini.
  • Lahirlah seorang anak bernama Timun Mas.
  • Beberapa belas tahun kemudian Buto Ijo menemui pasangan itu untuk meminta anaknya.
  • Pasangan tersebut tidak mau memberikannya.
  • Buto Ijo marah.
  • Dengan sebuah cara Timun Mas berhasil membunuh Buto Ijo.
  • Timun Mas dan orang tuanya hidup bahagia selamanya.

Kalian merasa ada yang aneh ga sih? Kalo bener ini ceritanya, penjahatnya adalah si Timun Mas dan orang tuanya! Buto Ijo hanyalah korban penipuan! Coba bayangin kalau kalian adalah si Buto Ijo: sudah berbaik hati ngasih anak ke pasangan mandul, kemudian hanya meminta janji (catat: janji ini sudah disetujui kedua belah pihak!) untuk dinikahkan dengan anak itu saja masih dipersalahkan; malah dibunuh. Pesan moral untuk dari cerita ini: Jangan membuat perjanjian dengan manusia, mereka brengsek.

Ngomong-ngomong tentang kisah absurd, sebenarnya ga cuma cerita rakyat zaman dulu yang absurd, lirik lagu zaman sekarang juga BANYAK yang absurd. Masa gue waktu lagi belanja di mini market, ada lirik lagu begini: “Katanya pergi sebentar, ternyata lama”. Potongan lagu itu cuma 10 detik, tapi sudah cukup untuk membuat kepala gue mau meledak. Setelah googling, ternyata di dalam lagu itu ada juga kalimat: “Dimana, kamu dimana? Disini bukan?”. Gue rasa, lagu ini cocok dinyanyikan tuna netra karena dia ga bisa liat seseorang sudah berada di ruangan atau belum.

Sebagai penutup dari post ini, gue pengen memberikan koreksi dari post gue yang berjudul “Tambah-Tambah”: Dari pengalaman Sandy Akbar Nusantara yang magang di situs pertambangan minyak, ternyata sudah ada yang lebih dahulu menciptakan ‘tempat pijat plus-plus keliling’, bahkan di tempat ia magang sampai ada  peringatan besar bertuliskan “HATI-HATI HIV AIDS”. Satu hal lagi, dari Emily May Gunawan, gue baru tau bahwa di daerah Pantura ada tempat pijet plus-plus yang bisa NGUTANG. Gue jadi dapet ide untuk bikin tempat pijet plus-plus yang pake sistem barter.

Warung Tegal Abadi

Posisi Warung Tegal Abadi


Twitter Absurdism

Pagi ini tiba-tiba gue dikagetkan oleh teman lama gue,  Emma S. R. Ginting, yang me-mention gue di Twitter. Dulu waktu gue SMA, kita lumayan sering chatting via MSN Messenger. Dan setelah dipikir lagi, gue ga inget kenapa gue dan dia bisa kenal. Kira-kira begini isi timeline kami (tampilan disesuaikan supaya lebih enak dibaca) :

@emmasrginting: “hallo kavin ._. Gue kira lo udah dimakan macan di kebon binatang depan itb. Tau2nya eksis di twitter”

@kavinyudhitia: “hahah, engga kok akhir2 ini gue malah bersahabat sama kuda2 lokal! apa kabar lo, kita terakhir chat kayaknya 2793 tahun lalu?”

@emmasrginting: “wah mainnya sama yang lokal ternyata. Anjir, gue kira kita terakhir chat di kehidupan sebelumnya vin. Kabar gue? Semarak vin~”

@kavinyudhitia: “Tapi…. Semarak itu nama kota di jawa tengah..”

@emmasrginting: “ah masa? Berarti guru ips gue salah ngajarin dong selama ini. Ternyata mereka penipu ulung!”

@kavinyudhitia: “namanya juga guru IPS.. mungkin mereka ga nipu lo tapi mereka sebenarnya memang tidak tau! #parah”

@emmasrginting: “wah kavin sudah besar ya sekarang ._.”

@kavinyudhitia: “lumayan… 25 cm an lah kalo lagi kondisi normal..”

@emmasrginting: “YAH! gw kira lebih dari itu malahan. Kecewa gue kecewaa”

@kavinyudhitia: “-__- wanita memang susah puas ya..”

@emmasrginting: “makanya vin, berjuang lebih keras keras dan keras, gue doain lo bakal memuaskan semua pihak, baik yg normal atau gak normal”

@kavinyudhitia: “oooh tentu! kalo udah keras bisa nambah beberapa senti sih! tadi kan dalam keadaan normal!”

@emmasrginting: “tadi kan lo bilang wanita susah puas, coba laki2 vin. Siapa tau…”

Setelah itu ga gue bales lagi. Gue takut dia bener-bener bisa memengaruhi gue pindah ke jalan dosa.

emma

contoh twit @emmasrginting


Tambah-Tambah

Sudah sangat lama sekali banget semenjak post terakhir gue di blog ini. Mungkin beberapa diantara kalian mengira gue bernasib sama seperti Kim Jong Il (sang ‘superman’ yang mengabarkan dirinya ga butuh pipis-boker) yang meninggal beberapa waktu lalu. Tenang, gue masih hidup dan masih butuh melakukan pipis-boker setiap hari untuk bertahan hidup (tentu tidak lupa cebok).

Salah satu alasan kenapa blog gue belum sempat diupdate adalah karena sibuk kuliah. Secara sederhana pembelaan gue dapat dirangkum dalam kalimat berikut: “PLEASE, WAKTU TIDUR GUE AJA KURANG UNTUK DIPAKE BELAJAR, MATI MUDA NIH KULIAH DI ENGINEERING!” Gue ga main video game apapun, gue ga punya tivi, gue ga addicted sama film seri, gue ga clubbing, dan gue ga melakukan hal-hal ‘menyenangkan’ yang  biasa dilakukan mahasiswa; tapi gue masih kurang tidur karena belajar (mungkin karena gue imbesil, atau mungkin kadang-kadang gue masih nyari tante-tante yang mau bayar gue sebagai pria penghibur). Nah sekarang saatnya gue mau pamer bahwa berkat itu gue dapet beberapa penghargaan:

Terus waktu liburan, gue kerja sambilan melatih peserta olimpiade komputer seperti yang sudah gue jelaskan pada post gue sebelumnya (artinya tetap ga sempet nulis blog). Beda dengan tahun sebelumnya, tahun ini gue ngajar di Padang Panjang (sama seperti Padang, namun lebih Panjang) dan Salatiga (kota yang selalu dapat nilai 70 kalau ada 10 soal).  Salah satu kegiatan gue yang paling penting saat mengajar terlihat di foto ini:

Pada liburan kali ini, gue bertemu teman-teman lama gue yaitu Yan Armand Tosin, Maritzka Tedja, Emily May Gunawan, dan Shelvy Hermanto. Gue belum pernah memperkenalkan Shelvy dan Emily di blog ini. Gue kenal Emily karena dulu pernah manggung di birthday party-nya, sedangkan gue kenal Shelvy dari Maritzka waktu SMA. Pada pertemuan hari itu, kami banyak membahas tentang panti pijat plus-plus, etika disana, serta merencanakan kapan kami bisa nyobain kesana. (engga lah, ini bukan blog mesum! Tapi kami memang banyak membicarakan pijat plus-plus di hari itu). Emily menceritakan kekhawatirannya pada pacarnya yang berkuliah di salah satu universitas swasta katolik di Bandung, ia takut pacarnya main ke panti pijat plus-plus karena kabarnya banyak mahasiswa sana hobi main ke tempat mesum semacam itu.

Gue: “Ya jelas lah, universitas swasta gitu. Wajar aja pergaulan super bebas gitu! Sedangkan gue? Tidur aja kurang, mana ada waktu untuk gitu-gituan! Oke, tapi ada juga sih satu temen gue yang suka main kesana.” (temen yang gue maksud itu berinisial AL, ia kuliah di ITB seangkatan sama gue, mukanya mirip figuran yang di film-film Cina kolosal [biasa kalo lagi perang ada di barisan depan, kena panah duluan,  teriak “UUUAAHHGGGHHHTUNGGDESEMWARINGINN!!!”, kemudian mati dengan mata terbuka])

Maritzka: “Tempat pijat begitu tuh rasanya kayak narkoba, sekali coba lo bakal susah berhenti.  Ada sensasi tersendiri yang bikin nagih.” (<– orang ini berbicara seperti pakar bukan karena dia berpengalaman sebagai tukang pijat, tapi karena ia mahasiswa jurusan psikologi)

Tosin: “Ga semua universitas swasta gitu juga kali, Vin! Tapi yang gue tau tuh Moestopo, bahkan sering diplesetin jadi Moestopo Bersenggama!” (aslinya Moestopo Beragama)

Gue: “Ah T*i! nyokap gue lulusan Moestopo!” (ya, gue serius)

Di pertemuan ini juga Yan menceritakan bahwa dia pernah digodain tante-tante dan diajak ke rumahnya. Gue juga pengen ikutan cerita kalo gue pernah digangguin kakak kelas gue yang homo, tapi setelah gue pikir-pikir lagi kayaknya kurang keren. Satu hal yang bikin gue rada kaget adalah ketika Maritzka nanya ke gue “Sebenernya di tempat plus-plus gitu ngapain sih, Vin?” Ada dua hal yang muncul dalam benak gue:

  • Gue terlihat sebrengsek itu sampai Maritzka menganggap gue adalah seorang expert dalam bidang per-panti-pijat-plus-plus-an
  • Gue merasa berdosa kalo jawaban gue menyemangati Maritzka untuk mendaftar menjadi pekerja di pijat plus-plus

Memang sih dulu gue, Eka Prima, dan satu teman gue lagi yang bernama Ezra Priya pernah punya angan-angan buka usaha panti pijat plus-plus keliling di sekitar kilang minyak (oil refinery). Pekerja di kilang minyak lepas pantai biasanya banyak duit karena gaji mereka besar dan di lepas pantai ga ada tempat hiburan. Makanya pasti laku kalo menyediakan jasa ‘hiburan’ di sekitar sana. Coba bayangin kalo ada tempat pijat keliling di perahu yang muterin kilang minyak gitu, setiap istirahat siang tempat pijat itu pasti penuh! 10 tahun lagi kami bertiga berencana bertemu untuk membahas bisnis ini (dan 50 tahun lagi keliatannya kami bertiga bertemu di neraka).

Okelah, untuk menjawab pertanyaan Maritzka, gue jujur agak bingung. Apakah gue mesti menjelaskan dengan eksplisit seperti “Jadi ***** pelanggannya dimainin gitu sama mbak tukang pijatnya, terus mereka************ …”. Bisa-bisa blog gue isinya sensor semua. Alhasil gue hanya menceritakan apa yang gue baca di  internet seperti brazzer karena gue sendiri tidak pernah ke panti pijat plus-plus. Eh, maksud gue situsnya tuh kaskus deng, brazzer itu situs porno.

Di menit-menit terakhir pertemuan kami, Shelvy juga mengingatkan gue bahwa sebaiknya gue ngupdate blog gue. Setelah gue pikir-pikir, dia bener juga: umur blog gue hampir lima tahun tapi post-nya cuma 14. Ga heran gue sering digosipin udah meninggal kayak istrinya Syaiful Jamil!

Tunggu, apa istrinya emang benar udah meninggal? gue ga terlalu peduli juga.

Konklusinya: Pertemuan hari itu mengingatkan kami bahwa tempat yang tabu bagi beberapa orang, mungkin saja adalah tempat sakral bagi teman terdekat mereka!